Sabtu, 14 Januari 2012

Cerpen Janji Merpati Oleh Dian Adriani

Cerpen Janji Merpati karangan Dian Adriani, siswa kelas 3 MAN Selatpanjang, Cerpen “Janji Merpati” mengisahkan tentang tentang seorang gadis yang bertekad ingin berhasil hingga ia harus meninggalkan tanah kelahirannya untuk menuntut ilmu. Di sebuah sekolah agama, dia menemukan seorang sahabat yang disebutnya sebagai seorang qifatul ifki yang begitu berarti dalam hidupnya. Bahkan sikap Rendi yang dibencinya itu membuat ia benar-benar tertipu dengan Qifatul Ifkinya. Namun, disetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Sebelum perpisahan itu Rendi masih sempat memberikan kenangan berupa Al-Qur’an dan mainan kunci berupa seekor merpati putih untuk Adrina. Rendi mengirim pesan singkat kepada Adrina yang merupakan ungkapan hati dan janjinya. Janji tersebut membuat Adrina terharu, namun setelah itu tiada kabar diantara mereka membuat Adrina melupakan persahabatannya dengan Rendi. Hal itu membuat persepsi Adrina yang tidak mempercayai Rendi lagi, ia beranggapan bahwa Rendi seorang yang Qifatul ifki itu tidak bisa dipercaya.


Pada akhirnya mereka bertemu di suatu tempat dalam pertemuan mahasiswa dan Rektor Universitas elit di Sumatra. Pertemuan tersebut di Hotel Citra Mega, Palembang. Pada pertemuan tersebut Rendi benar menepati janjinya terhadap Adrina, ia selalu membawa merpati putih itu dan ia tidak pernah melupakan Adrina, sahabat kecil dan cinta yang tersembunyi

BERIKUT CERPENNYA, SELAMAT MEMBACA...

Kulalui jalan setapak ini penuh derita, jalan-jalan yang Pecah ini membenamkan setiap langkahfikiranku. Perjalananku hampir sampai. Kulihat pohon akasia berjejeran di sepanjang jalan yang setiap hari kulalui. Daerah ini sudah sangat kuhafal, sekitar 20 batang lagi pohon akasia yang kulewati dan kutemui sebuah toko Cina di persimpangan jalan aku akan sampai ketempat tujuan. Desiran angin membelai dengan lembut mengakhiri sore yang penuh gundah, seiring rintik kecil dari hujan tadi malam  tak kunjung reda menjelang siang  mengakhiri sore, kini mentari pun tak kunjung tiba,enggan melihat bumi yang semakin renta yang mungkin 2012 nanti akan kiamat,begitulah para penafsir dan ahli-ahli Meteorology dan Geofisika berpendapat, begitulah persepsi mereka yang membuat sebagian orang percaya,teringatku pada kisah tahun 1999 bulan 09 tanggal 09 sebelumnya seorang paranormal  memprediksikan bahwa pada tanggal tersebut akan terjadi kiamat,berita itu berkembang kemana-mana sehingga pada hari itu masyarakat takut melaksanakan aktifitas sehari-hari karna kegamangan dan kegelisahan tidak luput dari fikiran mereka hanya karna berita yang belum tentu jelasnya yang mana sang paranormal hanya ingin mencari sensasi dan pamong saja hingga sangat identik dengan nilai politik. Barulah mereka menyadarinya ketika tahu di televisi disiarkan berita mengenai paranormal yang mati mengenaskan dikarenakan ia menjadi korban politis. 

Benar atau tidak  2012  akan kiamat ? hanya Allah yang tahu.Apapun yang terjadi hidup akan terus kujalani seperti kakiku yang tak henti melangkah menapaki jalan-jalan berkerikil,sesekali aku terseok karna tersandung bongkahan batu dan bahkan tak urung kakiku terceluh lubang yang tergenang air hingga sepatuku harus dicuci. Entah kapankah Pemda melirik kondisi desa kami.Proposal-proposal yang terkirim seakan tak berguna, mereka hanya berqifatul ifki untuk mengelabui rakyat dengan janji-janji yang mempesona. Jika aku menjadi mereka tak akan kubiarkan hal ini terjadi. Pastinya  disini akan kubangun jalan-jalan yang lebar agar seluruh masyarakat bisa lalu lalang disini.Ah,anganku terlalu panjang, mengangankan suatu hal yang indah memang hobiku apalagi pulang sendiri seperti ini sekedar menghilangkan jenuh setelah seharian dibangku dgn sebatang pena dan juga buku-buku yang kian hari kian lusuh di bolak-balikkan,  beragumentasi dalam diskusi dan juga debat kusir dan tak terasa ku telah sampai disebuah bangunan,sebuah istana tempatku dibesarkan, ingin rasanya aku menggulung diri dalam selimut yang tebal untuk menghilangkan suhu badanku yang telah beku ini…...Sejurus aku terhenti.Sebuah sepeda motor terparkir didepan  rumah,kulirik siapa yang datang melalui pintu depan yang terbuka. “Assalamu’alaikum…”
“Ibu…!”
“Wa’alaikumsalam…ia ibu disini di ruang tengah. Cepat masuk ! Kakakmu ada disini, ia baru datang dari Solok.”jawab ibu dari ruang tengah yang duduk bersama kak Zulfan. kelihatannya mereka sedang asyik berbincang terutama ibu yang satu tahun ini baru bertemu dengan kakak, tentunya ia senang sekali bertemu dengan kakak begitu juga denganku, dingin yang tadinya membalut tubuh sirna karna kehadiran sang kakak yang membawa kehangatan dalam keluarga ini yang di tunggu-tunggu sudah sekian lama bagai mentari yang hadir di ufuk Timur yang memberi kehangatan setiap insan.
“Rin,cepatlah berganti pakaian ! Ada yang akan kakak katakan sama kamu”.
“Iya kak… “ Jawabku singkat dengan senyuman lebar.Setelah kuraih tangannya dan kucium,  langsung aku bergegas menuju di tempat peraduan segera aku mengguyur tubuh dengan air hangat yang telah dipersiapkan ibu, aku bernyanyi dengan riang.Hari ini indah walau tanpa senyuman mentari di langit, kini mentariku telah hadir bersama pelangi di sela rintik gerimis menyusup perlahan menyambut senyumku.Aku bahagia…

Selesai aku melepaskan lelah dan menyelimuti tubuh dengan jaket  yang dibelikan kak Zulfan dari Solok aku menuju kak Zulfan dan ibu di ruang tengah.Aku senang sekali berbincang dengan mereka dan seringkali aku bertanya pada kak Zulfan bagaimana mengemban tanggung jawab sebagai polisi, ia pun dengan bangga  menjawabnya.Seakan ia menunjukkan perjuangannya hingga sukses mencapai cita-citanya.

“Rin,seminggu lagi kakak berangkat ke Solok, kakak akan mengajakmu kesana,kamu akan disekolahkan disana, di tempat kakak sekolah dulu dimana kakak tinggal bersama paman,  darisanalah awal kesuksesan kakakmu ini hingga menjadi seorang polisi.Meski tanpa ibu dan ayah disana toh kakak masih bisa hidup, fikirkan masa depanmu Rin ! bukankah kamu ingin juga menjadi sukses seperti kakak  ? kakak akan urus surat pindahmu !  kamu mau kan ?”  Tanya kak zulfan tiba-tiba.

“Tapi kak,,kok mendadak begini ? Rina kan baru masuk sekolah disini, lagipula Rina tidak berniat untuk sekolah yang jauh dari orang tua. Rina masih ingin disini kak. Rina juga ingin sukses dengan pendidikan disini”. Jawabku ragu-ragu
“Ia,kakak mengerti tapi itu untuk kebaikanmu juga. Jika kamu ikut dengan kakak disana pendidikanmu terjamin. Kamu tenang saja kakak akan menanggung kehidupanmu selama disana, sudah tanggung jawab kakak sebagai anak tertua membantu keluarga”. jawab kak Zulfan, tegas.

“Baiklah kak, kalau itu yang terbaik Rina akan ikuti”jawabku.Aku terima saja tawaran dari kak zulfan karna dari cerita pengalaman kak Zulfan, aku yakin disana aku bisa sukses seperti kakak.

***
Dari ruang kelas terdengar Sisil yang lagi retell ke teman-teman mengenai sebuah film roman yang disaksikannya di bioskop, memang hobinya menceritakan hal-hal yang berbau romantic.
“Ihh,,,so sweet banget sih…andai saja…..”
“hayoo,,andai apa? Andai pangeran pucukubiku setia dengan janjinya ..? Waduh hari gini masih aja percaya sama sinetron. Sekarang itu yaa ngga’ ada yang benar-benar setia sama janjinya,ngga’ wakil rakyat,ngga’ hakim, ngga’ pejabat yang pastinya ngga’ juga sama pangeran yang kamu impikan itu. Makanya kalau nonton itu berita  jangan sinetron terus, Bisa-bisa kamu jadi korban sinetron lo..”cetusku memotong kata-kata sisil
“iya,iya buk Adrina lawyeria. Alias pengacara Mr.Ruhut al Shirazy”.

“Sisil, kamu itu nggak pernah serius !? Cukup kamu saja ya, yang jadi korban sinetron, aku nggak mau jadi korban gosipmu”jawabku lagi.
“iya,aku bingung lihat kamu, cocoknya sama Mr.Ruhut sama-sama nyebelin, tiap hari bicara tentang berita. Aku  itu cuma bingung tiap hari beritanya itu melulu, DPR mau membangun gedung mewah, yaah beritanya nggak menarik !”ketus sisil menimpali perkataanku
“yea,,kita harus bersikap kritis sil, mengapa DPR ingin membangun gedung mewah itu. Masa DPR mau membangun gedung semewah itu sedang rakyat hidup menderita,masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Bukankah lebih baik mereka meningkatkan kesejahteraan rakyat ? Nah, karna  itu sekarang masih dipermasalahkan di DPR itu”sambungku menjelaskan
“Ia,kan nggak relevan jika mereka hidup senang diatas  penderitaan rakyat”sambung Rendi yang dari tadi mendengarkan perbincangan kami pagi ini.
“Eh Mr.Ruhut. oh ya, betulkan pendapatku ? tanyaku pada Rendi
“Oh 100% benar. Apapun yang kamu katakan pasti aku benarkan, salahpun aku benarkan,,he hee”jawab Rendi dengan iseng.
“Mr.Ruhut, kalau gitu sih ya jelas salah. Bisa ngga’ sih serius. huft..” sambungku dengan ketus
Rendi hanya menjawab dengan senyuman seraya mengernyitkan dahinya,”huh,dasar Mr.Ruhut” gumamku dalam hati.

Mr.Ruhut memang nama yang tidak aneh lagi di dengar di kelas XI IPS sejak 1 tahun 2 bulan aku sekolah di sini Rendi adalah sosok Ruhut Sitompul yang selalu muncul di televisi dalam acara JLC, dia begitu mirip dengan Ruhut, lihai dalam beragumentasi apalagi jika berdebat tak urung jika ada diskusi seringkali aku kewalahan meski sama-sama menyukai pelajaran PKN  dan ahli berargumentasi aku masih kalah debat dengannya. Selain itu dia juga juara umum disekolah ini dan pernah mewakili sekolah dalam Olimpiade PKN, pantas jika ia menjadi idola sekolah. Namun, Ruhut yang satu ini sangat senang membuat orang ke GR-an dengan omong kosongnya merangkai kata-kata. Terkadang aku melihatnya seorang teman yang baik, pintar namun sikapnya sangat menyebalkan.

Meski baru 3 bulan aku sekelas dengannya,namun aku sudah sangat mengenalnya Ruhut si Qifatul Ifki.Yang membuat heboh seisi kelas.
Namun,disaat ia berdiskusi tak kudengar Qifatul ifkinya yang selalu membahana di ruang kelas. Kata-kata manis yang biasanya  itu terdengar mengetuk pintu hati, menerbangkan sukma yang terkandas di ubun-ubun, menembus madras di  dasar hati, melangkah mendahului fikiran,,beku !!  Dan….tak urung merangkai harapan tak nyata.
Bel berbunyi setengah panjang tanda istirahat kedua bagi siswa. Bergegas seluruh siswa didalam kelas keluar menuju suatu tempat, jam menunjukkan pukul 12.00, suara azan berkumandang menandakan seruan untuk menunaikan kewajiban.Bergegas aku menuju mushola.
“ayo,cepat ke mushola, nanti kita telat dan di hukum !”perintah seseorang yang tidak asing bagiku. Ia memerintahkan kepada para ikhwan untuk ke mushola. Aku kagum melihatnya,sebagai ketua kelas memang tidak ada yang aneh jika ia mengatur keamanan dan ketertiban kelasnya. Aku menyeringai sendiri.
“Rendi si qifatul ifki ternyata seorang yang agamis” gumamku dalam hati

***

Hari demi hari dan bulan telah berganti sekolah ini adalah tempat yang terindah bagiku aku mempunyai teman yang baik hati dan juga sahabat sebaik Rendi meskipun dia seorang yang biasa kusebut qifatul ifki namun tak pernah dia omong kosong tentang ilmu.Aneh memang aku terkesan akrab dengannya padahal aku adalah seorang yang biasa-biasa saja dan tidak menyombongkan diri, yang kuketahui akulah satu-satunya teman perempuan yang sering ia ajak berdiskusi dan bahkan kami saling berbagi  cerita.Kukira itu karna pendekatanku kepada teman lebih baik dari yang lain dan juga kegemaranku dengan study PKN  menjadi awal kedekatanku dengannya,kami selalu bediskusi, kulihat dalam dirinya ada titisan Ruhut S.
Sepulang sekolah aku harus menyelesaikan karya tulis ilmiah yang ditugaskan buk Erlin yang harus di kumpulkan 3 hari lagi, sementara aku belum menyelesaikan jadwal wawancaraku dengan narasumber, aku bingung harus meminta tolong dengan siapa. Disaat itulah Rendi dengan baik hati mau membantuku,dia menemaniku pergi ke tempat narasumber dan mengantarkanku pulang, ada suatu hal yang aneh yang menggetarkan jiwaku yang kurasakan begitu kuat, tidak pernah kutemukan sahabat sebaik Rendi begitu bertanggung jawab membuatku terharu,seakan tak kulihat ada tituler’qifatul ifki’nya yang tak kusukai, ada pada jiwa anggun itu.Sungguh aku terkesima meski terkadang aku sendiri ke Gr-an karna qifatul ifkinya membuat sebuah pemeo yang menghebohkan seisi kelas.

Pernah aku menegurnya tentang sifatnya yang suka membuat orang ke Gr-an itu dia hanya menanggapinya dengan senyuman seakan sifat itu tak mau ia hilangkan dalam kesehariannya. Saat jam pelajaran kosong dan kelas kami diberikan tugas latihan semua sibuk berdiskusi dan menyelesaikan tugasnya. Tibalah saat-saat waktu luang, Mr.Ruhut beraksi dengan qifatul ifkinya,ia memulai merangkai kalimat-kalimat isengnya. Aku menoleh dan menatap matanya dengan sinis,ia berhenti mengucapkan kata-kata. Tatapan mata tak terhindarkan, matanya memancarkan nanar jelaga yang membutakan mata hatiku,awalnya aku ingin menegurnya tiba-tiba aku tertunduk tak kuasa.. Ada sedikit lesung pipit yang menekuk pipiku, pandangan sinisku mampu meredam tingkahnya.sedikit ragu aku membenarkan tingkahku dengan tajamnya pedang di bilahan mata. Suasana kelas tenang kembali.

***

“kriuuuung,,teng teng tung”Terdengar suara ponselku berbunyi samar-samar seiring gemuruh yang menggempar.
Kubuka mata dengan perlahan dan kubaca pesan singkat yang masuk, ”BaNgunnn,,banGun”rupanya sebuah pesan dari Sisil, kulihat jam masih menunjukkan pukul 04.30. Setelah kubaca  tiba-tiba mataku terasa berat sekali,rasa dingin seakan menusuk sampai ketulang rusuk, suara gemuruh masih saja terdengar seiring kilat yang terus menyala bagai lampu bohlam yang mati hidup - mati hidup. Segera aku menarik selimut dan melanjutkan mimpiku, namun sekian lama rasanya aku memejamkan mata,tidak juga aku bisa memasuki gerbang mimpi. Rasa was-was mengiringi setiap dengus nafasku.Langsung aku bangun tanpa mempedulikan suasana di luar rumah yang gerimis. Di bulan ini musim hujan menimpa berbagai daerah. Tak urung berbagai penyakit berkembang, dari DBD dan influenza dan juga penyakit lainnya, baru seminggu aku terkena influenza dan suaraku masih terdengar parau. Masih 10 menit azan subuh akan berkumandang.waktu yang cukup lama untuk memulai aktifitas, perutku terasa keroncongan,bergegas aku menuju kedapur sekedar mengisi perut yang pagi ini tiba-tiba minta diisi setelah mencuci muka dari hayalan fiktif.

“kreuuuung teng teng teng”Ponselku berbunyi kembali. Sebuah pesan masuk di pagi yang sedini ini,paling pesan dari Sisil yang suka iseng mengirimiku 3 sms sekaligus. Tapi biasanya jika Sisil mengirimiku  sms pesannya berturut-turut,akan tetapi sms yang baru masuk ini sudah berselang 10 menit. Kulirik ponselku dan mulai membaca”Rin,nanti jika kamu pergi kesekolah,tolong jemput makalah Sosiologi kelompok 2 dirumahku yaa,,,kemungkinan aku tidak masuk sekolah karna aku sedang sakit.”
“Trims”  By.Rendi
Setelah kubaca ternyata pesan dari Rendi.ingin kubalas namun aku sedang kanker alias kantong kering.mau apa lagi kuletakkan saja ponselku diatas meja, soal pesan dari Rendi tinggal jemput saja kerumahnya makalah Sosiologi itu, kebetulan rumahku searah dengan rumahnya.

Sesampainya disekolah aku memberikan makalah yang dititipkan Rendi kepada kelompok 2, kulihat dari anggota kelompoknya kurasa aku bisa menang debat hari ini karena Mr.Ruhut tidak masuk sekolah hari ini namun aku tidak merasa senang dengan ketidakhadirannya.Ketika bel tanda masuk berbunyi, seluruh siswa berbaris di lapangan dan meneriakkan yel-yel kelas masing-masing. Suatu kebiasaan yang telah menjadi keharusan di sekolah ini.Setelah semua siswa memasuki ruang kelas dan selesai berdo’a seorang siswa terlambat tiba-tiba  mengetuk pintu dan memasuki ruangan kelas.

“Assalamu’alaikum”siswa tersebut mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa yang lain.
“Eh,Ren katanya kamu sakit ? mengapa kamu masuk sekolah hari ini ?”Tanya salah seorang siswa yang sekaligus mewakil pertanyaan yang ada di benakku saat  dia muncul dengan tiba-tiba di depan pintu kelas. Meski aku telah mengira ia tak akan meninggalkan acara diskusi sebelumnya yang lebih tepat kusebut debat karna setiap diskusi selalu panas jika ia menyampaikan argumen-argumennya.

“Aku ingat hari ini kita diskusi,jadi aku tidak mau kelompok kita tidak tampil semaksimal mungkin apalagi telah ditetapkan bahwa aku sebagai penyaji makalah” jawab Rendi dengan penuh rasa tanggung jawab.
Ada suatu hal yang aneh pada hari ini,tidak seperti biasanya dimana suasana kelas selalu heboh karna tingkah Mr.Ruhut si qifatul ifki namun hari ini wajahnya tak secemerlang idenya, wajahnya pucat dan kusam,ia hanya diam dan terlihat lemah,padahal sebelumnya kulihat ia begitu bersemangat dalam perdebatan panjang se-jam yang lalu. Ada yang hilang dalam suasana hari ini, tiada Qifatul ifki saat senda gurau siswa yang lain hingga bel panjang berbunyi. ”Satu hari tanpa qifatul ifkimu dunia ini hampa”Aku berbisik sendiri dan tak kusadari semua siswa telah merapikan buku-buku mereka dan menuju rumah masing-masing. Aku segera menuju gerbang sekolah dan berjalan kaki menuju rumah, sepeda motorku tadi pagi harus dibawa ke bengkel hingga aku harus pergi dan pulang ke sekolah dengan berjalan kaki. Huft,,,sungguh melelahkan !! Biasanya jika aku sendirian begini Mr.Ruhut selalu memberi solusi. Kini ia sedang sekarat. Eh,,maksudku sedang sakit.

Meski air yang mengguyur dari langit tak sederas tadi malam, berat kakiku untuk melangkah, rasanya suhu badanku turun drastis, belaian angin mengelus dengan lembut seperti setrika yang mendarat di pakaian namun yang kurasa bukan kehangatan namun kebekuan.
“Tok.tok.tok”
“Assalaaa-mu’alai-kum” sesampainya di depan pintu rumah aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam yang terpotong-potong.
“Wa’alaikumsalam,warohmatullah” Terdengar jawaban ibu di sebalik pintu.
“huh hu huuu…” Aku mengerang kedinginan dan langsung menuju kamarku dan menyiram tubuh dengan air hangat.

10 menit kemudian aku telah diatas tempat tidur dengan selimut tebal. Kuambil diary  diatas meja,diary yang telah menjadi bagian dari jiwaku. Sebuah arsip setiap angan dan perasaanku, namun satu hal yang tak pernah kukisahkan di dalamnya. Cinta.
“ Tak pernah terbersit di fikiranku, aku akan terinfeksi virus ini, virus yang mematikan mata hatiku,melumpuhkan seluruh jiwaku, mengubah angan-anganku.Kurasa aku tertipu dengan qifatul ifkinya.Sesuatu yang indah itu tumbuh dalam gundah,harum dan merekah”. Tak kusadari tanganku menulis cerita, aneh hatiku menolak dengan kenyataan yang kutulis sedangkan fikiranku terus terbersit bayangannya.Teringat aku pada pepatah jawa “witing tresno jalaran soko kulino”apa benar pepatah itu sedang berlaku padaku saat ini. Ah, aku berusaha menyangkal perasaan itu,tak ingin aku terus dibuntuti dengan bayangannya. Tidak mungkin aku tertipu karna qifatul ifkinya. Tidak !! Sungguh regalia yang aneh, never forever!

***

Pada malam senin kakakku mengatakan bahwa ia mendapat tugas SK ke Palembang. Terpaksa aku harus meninggalkan sekolah yang tercinta ini dengan meninggalkan kenangan yang indah.sesuatu yang tak kuinginkan namun harus kujalani.

Segera aku memberi tahu berita itu kepada Sisil dan selanjutnya kepada Rendi melalui pesan singkat dari ponselku dan tidak dibalasnya. Paginya aku segera berkemas untuk berangkat ke Palembang bersama kakak. Sebelum berangkat,terdengar bel depan rumah berbunyi.
Seorang kusir mengantarkan paket,di paket itu tertulis
To: Adrina Lawyeria
Ternyata paket itu untukku. Kemudian kubuka paket itu ternyata sebuah Al-Qur’an dan juga sebuah mainan kunci seekor merpati putih. Kucoba melirik kedalam isi paket itu siapa yang telah mengirimnya untukku.tidak ada nama pengirimnya, Tiba-tiba ponselku bordering, sebuah pesan singkat.

Rin,meskipun aku seorang yang suka iseng namun jujur aku tidak ingin kehilangan sahabat sepertimu. aku  minta ma’af selama ini aku sering membuatmu jengkel dan juga sakit hati ketahuilah kulakukan itu karna bukan semata-mata sikapku, aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Mainan kunci berupa seekor merpati ini kuberikan padamu tanda persahabatan kita. Aku akan menyimpan yang satunya lagi sampai kutemukan kamu lagi dan kulihat kamu bahagia. Aku akan selalu mengingatmu sampai kapanpun, karna kau berarti dalam hidupku. janji merpatiku !”

Salam Rendi
Aku terharu dengan pesan singkat itu. Entah benar atau tidak yang dikatakan Rendi aku hanya terharu tak mampu berkata apa-apa. Itu adalah pesan yang terakhir darinya, setelah ku telpon ke nomornya ternyata tidak aktif lagi.

Setelah sekian lama aku berpisah dari Rendi, tidak ada kabar darinya membuatku tidak percaya lagi bahwa Rendi benar-benar tidak akan melupakanku, mungkin kata-katanya dalam pesan singkat itu hanya ocehan belaka setelah tidak kuketahui entah apa gerangan ponselnya tidak aktif lagi seperti qifatul ifkinya yang member kesan kepada pendengarnya namun tak pernah terkesan dihatinya. Ku tau dia adalah sosok yang sempurna dengan seribu qifatul ifkinya dan tak mungkin aku adalah orang yang berarti dalam hidupnya. Akhirnya kulupakan semua tentangnya, qifatul ifkinya menumbuhkan anggapan negative di benakku sahabat kecil yang baik hati, namun itu dulu. hanya kenangan dibalik merpati putih yang ditanganku ini.

***

Malam ini ada pertemuan di hotel Citra Mega. Para Rektor universitas elit di Sumatra dan sebagian mahasiswa utusan dari universitas  mengadakan pertemuan disana. Pertemuan tersebut membahas tentang keakreditasian Univesitas dengan masing-masing Fakultas. Aku harus tampil rapi karna disana juga akan hadir jurnalis dan juga wartawan. Aku mengambil map yang berada didalam lemari kaca sebagai bahan penyampaian dalam pertemuan nanti oleh Rektor Universitas tempatku, tiba-tiba sebuah benda putih jatuh kelantai. oh merpati putihku, teringatku tentang sahabat kecilku, sahabatku sang qifatul ifki. Entah mengapa hatiku tergerak untuk membawa merpati putih itu. Karna tergesa-gesa aku segera menggantungkan merpati putih itu pada tas ransel kecilku yang unik, yah, terlihat cocok dengan mainan kunci ini dan aku PD  membawanya terbang ke hotel Citra Mega. Aku sengaja tidak menginap di hotel karna kebetulan aku tinggal di Palembang dan tidak jauh dari hotel tersebut dan rasanya aku malas untuk menginap di hotel tersebut.

Setibanya di hotel, ruang acara belum dipenuhi oleh undangan, karna terlalu tergesa-gesa membuatku letih dan langsung duduk di kursi yang telah disediakan, kuletakkan ranselku di kursi putih dengan dekor yang tampak indah dan nyaman. Aku harus mencari dekan Fakultas HI untuk mengkonfirmasikan laporan mengenai keakreditasian Fakultas HI.

Setelah selesai menemui dekanku, aku langsung menuju ruang utama dan mencari kursiku yang kuletakkan ranselku tadi dan kutemui kursiku di depan podium utama bersebelahan dengan kursi mahasiswa utusan Universitas Andalas Sumbar. Kulirik tasku,,A lhamdulillah masih utuh ditempat namun aku terkejut melihat merpati putihku terjatuh, ketika aku ingin memasangkannya pada tas ranselku, aku lebih terkejut merpati putih yang ku pasangkan pada tas ranselku masih utuh dan bergelantungan padanya. jadi merpati yang di tanganku ini milik siapa ? Aku bertanya pada diriku sendiri..Aku melirik kekiri dan kekanan sambil mengamati merpati putih yang baru kutemukan, sama persis dengan merpatiku, warna, bentuk, dan tidak ada orang disampingku. Tiba-tiba seseorang menempati kursi disebelahku,aku tidak menoleh. Fikiranku masih pada merpati putih ini,”bukankah yang mempunyai merpati putih ini adalah Rendi, Mr.Ruhut itu….”aku menoleh dan memirigkan badan ke kiri dengan perlahan, terbersit di fikiranku bayangan tentang Rendi si qifatul ifki, yang hampir tidak kupercaya itu kini hadir di ingatanku menjelma dihadapanku. menatapku dengan nanar yang tajam begitu lama……

“Janjiku akan selalu kuingat,,,tentangmu”sebuah kalimat keluar dari persembunyiannya “Qifatul Ifki”.

SELESAI...

Kirim karyamu di hipma-3t@yahoo.com, bisa berupa cerpen, puisi, pantun dan karya lainnya. 
 

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes